Proses Penempaan Keris Pusaka Nusantara

Keris luk Dapur adalah bentuk bilahnya, meliputi dapur lurus (bilah lurus) dan dapur luk (bilah bergelombang). Dapur aneka keris pusaka juga termasuk fitur pada ganja, bagian yang lebar di pangkal bilah. Sedikit perbedaan dalam fitur-fitur kecil ini dapat membedakan satu jenis keris dari jenis lain yang tampak identik tanpa pengawasan yang cermat. Bilah lurus melambangkan naga yang sedang beristirahat, ular mitos, sedangkan bilah bergelombang (luk) melambangkan naga yang sedang bergerak. Yang pertama dimaksudkan untuk seseorang yang memiliki gaya hidup yang stabil dan konstan, yang terakhir untuk seseorang yang selalu bergerak. 
Bila dihitung dengan benar, luk berkisar antara 3-29, selalu ganjil. Setiap keris di atas luk 13 tidak biasa, dimaksudkan untuk seseorang yang berstatus sangat tinggi. Seperti halnya pamor, jenis dapur memiliki arti khusus. Penafsiran makna berbeda-beda tergantung ahlinya. Keris di Museum Sains memiliki luk 13. Simbolisme luk 13 paling sering diartikan sebagai kekuatan, dan kemampuan untuk menjaga perdamaian dan stabilitas dalam situasi apa pun. 
Bagian utama keris adalah bilah, sarung, dan gagangnya. Setiap bagian membantu mencirikan keris dalam hal asal usul, zaman, pemilik, dan simbolisme. Bilah adalah bagian yang paling berharga, karena memegang kekuatan suci keris. Ada dua unsur utama bilah: pamor (desain damascene pada bilah) dan dapur (bentuk bilah). Kombinasi logam digunakan dalam pembuatan keris. Tukang keris membuat campuran yang berbeda dari besi, baja, nikel dan kadang-kadang meteorit. 
Orang Jawa menganggap keris yang terbuat dari meteorit sangat kuat. Meteorit tersebut didapat dari meteor yang jatuh di Prambanan, Jawa Tengah, pada tahun 1729. Keris pamorPara pandai besi memanaskan lapisan tipis logam, menumbuk dan melipat dan menggabungkan lapisan-lapisan ini menjadi satu. Dia terus memanaskan, menambahkan lebih banyak lapisan dan melipat ulang, terkadang lebih dari enam puluh kali, sampai produk yang diinginkan tercapai. 
Penempaan dan teknik melipat dan menumbuk logam yang berbeda menciptakan berbagai desain pada bilahnya, yang disebut pamor. Untuk menonjolkan detail polanya, campuran air jeruk nipis dan arsenik dioleskan pada bilahnya, yang mengubah besi dan baja menjadi hitam, sedangkan nikel tetap putih. Ini menciptakan kontras yang indah, menonjolkan desain pamor. Ganja adalah faktor lain dalam mendefinisikan dapur. Fitur pada ganja membantu untuk mencirikan keris. Ganja sebenarnya adalah bagian terpisah dari logam, yang melekat pada bilah dengan sambungan. Ujung yang lebih panjang dan tajam disebut aring, dan degu adalah ujung yang lebih pendek dan tumpul. Gerigi seperti gergaji bertindak sebagai penjaga untuk menangkap pedang lawan. 
Fitur pada ganja keris ini membantu untuk mengklasifikasikannya sebagai keris Parangsari, yang secara harfiah berarti 'esensi keris'. Ini dimaksudkan untuk seseorang yang ambisius dan bergerak. Keris Ganja dan Gagang Gagangnya berasal dari Keraton Surakarta (sekarang Solo) di Jawa Tengah. Ini memiliki tujuh sisi planar, dan hanya memiliki ukiran kecil yang mewakili topeng kala, iblis yang baik hati. Sebuah tonjolan kecil pada ukiran yang disebut kuncung melambangkan hidung. 
Sebelum Islam menjadi dominan, bentuk gagang telah bersifat antropomorfik. Karena Islam melarang penggambaran makhluk hidup, gagang ini menjadi abstrak. Gagang kayu Surakarta merupakan contoh indah dari ciri kesederhanaan yang anggun dari keris keraton pasca Islam. Jual koleksi keris pusaka sebenarnya adalah penjual damascus rapier. Rapier Eropa panjang dan membutuhkan waktu yang lama pegangan untuk menyeimbangkannya. Kerisnya pendek, gagang pendek sudah cukup untuk itu bentuk asli; tetapi saat laki-laki bertempur, keris menjadi lebih panjang dan lebih berat. 
Dua lagi bentuk telah berevolusi. Pertama, keris rapier sumatera, k. bahari; ini panjang, pegangannya harus diluruskan untuk menyeimbangkannya, dan itu hampir mencapai bentuk rapier Eropa; dan yang kedua, sundang, pedang Melayu. Tepi keris dekat gagang, juga ganja, biasanya dentiform. Bagian dari karya hias ini disebut janggut dan dibuat untuk menangkap dan keris yang berlawanan. 
Di dekat gagangnya karya ini disebut belalai gajah dan lambai gajah. Dalam penjualan yang sangat tua ini jelas mewakili belalai dan gading gajah, tetapi sekarang agak konvensional. Sebuah batu yang diukir dalam bentuk belalai gajah adalah motif favorit di jawa hindu. Salah satu batu yang sekarang ada di Museum Raffles adalah ditemukan di Sungai Johore, juga ornamen kecil berbentuk serupa pada gerabah. Lain lagi di Malaka.